Thursday, July 4, 2013

Surat seorang "Gembala" yang meletakkan jabatannya

Berikut kutipan dari buku NEW WINE karya Dr. Jeff Hammond, salah satu Penatua dari Abba Love Ministry.

Saya baru saja membaca surat yang ditulis oleh seorang pendeta di Amerika. Dulu dia mengandalkan pola tradisional karena itu yang diajarkan kepadanya dan itu yang dipraktekkan dalam hampir semua gereja. Namun sedikit demi sedikit Roh Kudus membuka pemahaman baru kepadanya sehingga dia sadar bahwa dia sudah menjadi bagian dari kantong kulit yang lama. Dia harus bertobat. Dia harus berubah dan dia harus mengatakan yang benar kepada jemaat yang dilayaninya.

Setelah mempertimbangkan kedudukannya, anggaran dasar gerejanya dan tanggapan dari para pemimpin organisasinya yang tidak mau menjadi suatu kantong kulit yang baru, dia memutuskan mengundurkan diri dari posisinya karena dia lebih menghargai kebenaran Firman Tuhan daripada posisi kehormatan yang dipegangnya. Inilah sebagian surat pengunduran diri yang dia kirim kepada jemaatnya:

Sudah kehormatan besar bagi saya untuk melayani Allah di gereja kita selama tujuh tahun yang lalu. Saya bersyukur kepada Tuhan karena semua yang baik yang terjadi diantara semua orang percaya disini; sangat banyak keperluan yang telah dilayani oleh jemaat. [Dalam tujuh tahun terakhir ini] kepercayaan saya tentang makna sebuah gereja telah berubah secara radikal. Mereka yang memegang pandangan gereja secara tradisional telah melakukannya dengan tulus dan berdasarkan penyelidikan mereka terhadap Alkitab. Namun keyakinan saya sekarang tentang pandangan alternatif juga adalah berdasarkan penyelidikan Alkitab yang saya anggap lebih tepat dan alkitabiah...

Pertama, dari ayat-ayat seperti dalam 1 Korintus 4:16-17; 11:1-2, 16; 14:33; Filipi 3:17; 4:9 dan 2 Tesalonika 2:15, adalah nyata bahwa pola rasuli diikuti dan dipraktikkan di setiap jemaat. Berdasarkan ayat-ayat diatas, saya percaya bahwa pola rasuli zaman Perjanjian Baru seharusnya dilaksanakan secara umum sebagai gaya hidup dalam gereja-gereja masa kini...

Pertanyaannya bukan apakah kita harus melakukan yang sama seperti mereka. Sebaliknya, pertanyaan yang tepat adalah, mengapa kita mau melakukan sesuatu yang berbeda dengan mereka? Kita berkumpul dalam ibadah gereja pada hari pertama dalam seminggu, hari Tuhan, bukan karena diperintah melainkan karena itulah pola Perjanjian Baru. Kita menumpangkan tangan untuk mendoakan para pelayan dan diaken waktu mentahbiskan mereka bukan karena diperintah melainkan karena itulah pola Perjanjian Baru. Dengan yakin kita harus konsisten dengan pelaksanaan pola rasuli.

Walaupun ada pemimpin-pemimpin yang jelas diakui dalam Gereja Perjanjian Baru (Ibrani 13:7,17),namun sesungguhnya tidak ada perbedaan artifisial antara kaum pendeta dan kaum awam. Apa yang membuat seorang gembala sidang merasa lebih terhormat daripada anggota tubuh Kristus yang paling hina?

Semua orang percaya dapat berfungsi sebagai imam-imam(1 Petrus 2:5, 9) dan tugas gembala-guru adalah untuk memperlengkapi orang-orang percaya supaya mereka dapat melakukan pekerjaan pelayanan (Efesus 4:11-16). Para pemimpin jemaat-jemaat Perjanjian Baru lebih merupakan para pelatih bukan pemain bintang.

Masa kini kata pelayan lebih diprefesionalkan dan mereka disebut pelayan, tetapi Efesus 4:12 menunjukkan bahwa para pelayan sesungguhnya adalah setiap orang percaya.

Roh Kudus secara daulat membagikan kepada tiap-tiap orang karunia-karunia yang spesial untuk kepentingan bersama (1 Korintus 12:7). Semua anggota adalah penting dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:4-31; Roma 12:3-8). Setiap bagian (Efesus 4:16) berperanan penting. Perhatikan penegasan tentang saling melayani (saling atau seorang akan yang lain) dalam 1 Tesalonika 4:18; 5:11-14; Roma 15:14 dan Ibrani 3:12-13.

Semua orang percaya seharusnya terlibat dalam hal saling membangun, saling menguatkan, saling menghibur, saling menasihati, dan saling menegur...dan bukan hanya diantara para pemimpin saja.

Terlalu bergantung kepada kaum pelayan profesional membuat jemaat menjadi lemah dan malas, dimana talenta dan karunia kebanyakan dibiarkan tidak berkembang. Besarnya jemaat tidak menjadi ukuran kekuatan, sama seperti lemak dalam tubuh bukan ukuran kekuatan otot. Semua orang percaya dipanggil untuk melayani sebagai iman dan pelayan!

1 Korintus 14 mengungkapkan dengan detail bagaimana proses berjalannya ibadah dalam Gereja Perjanjian Baru. Adalah jelas bahwa setiap orang berkesempatan untuk berpartisipasi dan bersuara dalam ibadah. Misalnya, 1 Korintus 14:26 menyatakan bahwa setiap orang perlu berkontribusi dengan mazmur, pengajaran, pewahyuan, bahasa Roh atau penafsiran bahasa Roh itu. 1 Korintus 14:27 mengatakan bahwa siapa pun boleh berbahasa Roh, namun dalam ibadah dibatasi kepada dua atau tiga orang saja.

1 Korintus 14:29 mengizinkan dua atau tiga nabi berbicara. 1 Korintus 14:31 berkata bahwa setiap orang boleh bernubuat seorang demi seorang. Tentu, ibadah mereka harus dilaksanakan dengan sopan dan teratur (1 Korintus 14:40), dan hal itu termasuk kesempatan untuk semua saling melayani.

Hal ini juga terlihat dalam Ibrani 10:24-25, dimana mereka saling mendorong dan saling melayani ketika mereka berkumpul. Ini jauh berbeda dengan cara ibadah gereja-gereja masa kini dimana hampir selalu hanya satu orang saja yang menyampaikan pesan Tuhan. Tidak ada satu contoh pun dalam Kebaktian Gereja Perjanjian Baru dimana hanya satu orang saja yang menjadi pembicara.

Dalam Kisah Para Rasul 20:7, kata "berbicara" dalam bahasa Yunaninya adalah dialegomai, yang merupakan akar kata dari "dialog". [Ini bukan khotbah dari satu orang, melainkan pembahasan interaktif dalam Firman Tuhan].

Gereja masa kini telah menjadi tempat untuk menonton kaum profesional melakukan keahliannya. Mengapakah hanya satu orang saja yang diizinkan memakai karunia rohaninya sementara semua orang percaya lainnya merosot (atrofi)? Dimanakah di dalam kebaktian-kebaktian kita ada kesempata untuk saling sharing concern atau keperluan, atau untuk membangun hubungan satu dengan yang lain, atau untuk membahas apa yang sedang diajarkan, atau untuk saling melayani dengan kasih, saling membangun iman, kekuatan dan disiplin? Benar bahwa pengajaran adalah bagian penting dalam ibadah jemaat, tetapi tentunya harus lebih dari itu!

Ayat-ayat seperti Kisah Para Rasul 2:42; 20:7, I Korintus 11:17-21 dan Yudas 12 menunjukkan bahwa inti fokus dari ibadah jemaat adalah Perjamuan Kudus sebagai bagian dari Perjamuan Kasih, yang telah mereka adakan tiap minggu bukan sebagai suatu ritual singkat...(1 Korintus 10:16-17).

Juga, masa kini kita menyebut kebaktian sebagai ibadah penyembahan. Namun tujuan utama pertemuan jemaat Perjanjian Baru adalah untuk membangun dan menguatkan orang-orang percaya, Fokusnya adalah saling melayani, bukan penyembahan (1 Korintus 14:26; Ibrani 10:24-25; Efesus 4:11-16; 5:19; Kolose 3:16...

Akhirnya, berdasarkan Roma 16:5; 1 Korintus 16:19, Kolose 4:15 dan Filemon 2, jemaat Perjanjian Baru berkumpul dalam rumah-rumah. Hal ini utamanya bukan karena penganiayaan. Paulus sudah tahu kemana dia harus pergi sewaktu berkeliling dari rumah ke rumah menangkap orang-orang Kristen (Kisah Para Rasul 8:3).

Dan orang-orang belum percaya sudah tahu kemana mereka harus melangkah kalau ingin mendengar tentang Yesus (1 Korintus 14:23-25). Waktu dianiaya, jemaat tidak lagi berkumpul di rumah-rumah, tetapi berkumpul di gua-gua dan katakomba...

Tujuan utama pertemuan jemaat tentu akan lebih tepat jika dilaksanakan dalam pertemuan-pertemuan kecil daripada pertemuan yang besar. Dalam Perjanjian Baru memang hanya ada satu jemaat dalam setiap kota, tetapi jemaat itu berkumpul dalam banyak pertemuan di rumah-rumah. Strategi mereka adalah pertumbuhan lewat multiplikasi.

Kita harus bertanya apakah bijak membelanjakan begitu banyak dana untuk membangun gedung-gedung besar yang hanya dipakai untuk beberapa jam seminggu, sedangkan ukuran dan desainnya sebenarnya bertentangan dengan tujuan utama pertemuan jemaat (Ibrani 10:24-25; 1 Korintus 14:26). Jemaat seharusnya lebih merupakan gerakan gerilyawan daripada menjadi benteng pertahanan...

Saya percaya bahwa pola rasuli seharusnya menjadi norma masa kini...semua orang percaya harus berfungsi sebagai imam-imam dan pelayan-pelayan...pertemuan-pertemuan gereja seharusnya bersifat informal, interaktif dan bertujuan membangun tubuh Kristus lewat kita saling melayani.

Saya terpaksa mengambil kesimpulan bahwa pola ibadah yang biasa masa kini adalah jauh dibawah standard tujuan utama ibadah menurut pola Allah."

No comments:

Post a Comment